Jumat, 19 Juli 2019

SPEAK UP! : HADIAH TERINDAH


Bismillahirrahmanirrahim....

Hadiah Terindah. siapa yang pernah merasakan mendapat hadiah terindah di hidupnya? Hampir semua orang senang jika diberi hadiah oleh siapapun, terlebih oleh orang yang kita sayang. Hadiah terindah dibenak kita semua pasti segala sesuatu yang menyenangkan, tak terlupakan, dan akan selalu kita simpan di memori kita sebagai kenangan yang tak ingin dilupakan sampai kapanpun.

Tapi bagaimana jika hadiah terindah ini adalah sesuatu yang mungkin orang lain pun tak sanggup melawatinya dan bahkan tak ingin mendapatkannya. Kebanyakan orang menyebutnya musibah/takdir buruk, bukan justru hadiah terindah. Pokoknya semua anggapan yang tidak baik menurut kita, Tapi ternyata bagaimana jika itu lah yang terbaik dari Allah untuk kita. Jadi musibah yg dimaksud itu sebenarnya adalah hadiah terindah. Maksudnya gimana??

Karena Allah Ta’ala pun telah berfirman,

و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)

Hendaklah ia mengingat bahwasanya di antara kelembutan Allah terhadap hamba-hambaNya adalah: “Bahwasanya Dia menakdirkan bagi mereka berbagai macam musibah, ujian, dan cobaan dengan perintah dan larangan yang berat adalah karena kasih sayang dan kelembutanNya kepada mereka, dan sebagai tangga untuk menuju kesempurnaan dan kesenangan mereka” (Tafsir Asma’ al Husna, karya As-Sa’di).

Ayat inilah yang menguatkan saya tentang menyikapi musibah/takdir buruk itu sebagai hadiah terindah dari Allah untuk hambanya. Masih Bingung?Sulit memang. Tapi mari kita bahas. 
Jadi sebenarnya apa Hadiah terindah di hidup saya ini?
Hadiah terindah ini saya dapatkan lima tahun lalu. Menjadi Anak Broken Home. Ya Broken home. Apa yang ada di benak teman-teman tentang broken home? Kacau? Berantakan? akhir segala sesuatu?Tak ada harapan? hahaha iya hampir. itulah sedikit gambaran ttg broken home dari sudut pandang orang-orang. Maka dari itu Kenapa saya ingin dan baru memberanikan diri untuk speak up ttg broken home. Bukan untuk mengumbar aib keluarga,bukan untuk mencari pengakuan, tapi saya ingin berbagi dan mengajak teman-teman survivor untuk bangkit dan keluar dari persembunyian topeng kebahagian kita untuk mendapat kebahagian sesungguhnya. saya pun ingin mengubah stigma negatif ttg keluarga broken home. Ya stigma negatif. karena biasanya anak-anak broken home dinilai masyarakat cenderung sebagai anak yg nakal karena kurang kasih sayang orangtua, menghakimi hidupnya dengan cara menyakiti diri sendiri seolah dunianya sudah berakhir atau mencari kebahagian diluar dengan hal-hal negatif entah itu pergaulan bebas, narkoba dan sebagainya. Pernah terfikir dibenak saya untuk melakukan itu semua?TIDAK! saya bersyukur dari kecil dibesarkan dengan nilai-nilai islami walaupun belum sempurna. Saya pun sudah tau kalau semua musibah/takdir buruk yg menimpa itu harus dihadapi dengan ikhlas. Tapi kenapa untuk ikhlas menyikapi masalah ini susah sekali dan baru saya rasakan akhir-akhir ini?.

ikhlas?hahaha serasa naif sekali. iya memang. karena saya pun kurang lebih lima tahun bergelut dengan perasaan ini. Seolah memakai topeng bahagia tiap bertemu semua orang. Bagi teman-teman yang bukan survivor broken home mungkin akan beranggapan "halah, tiap manusia juga punya masalah yg berat. gausah lebay, kaya gak percaya Allah Aja". Yaa memang seperti itu adanya, beda rasanya jika tidak merasakan. Tapi ya apa boleh buat, tak ada hak bagi saya untuk menyikapi tanggapan seperti itu karena memang mereka yg berkata dan berfikir seperti itu tidak benar-benar merasakan. Itulah kenapa saya malas untuk cerita ke orang-orang yg tidak merasakannya langsung, lebih baik jika teman-teman survivor butuh tempat untuk mengadu ya hanya pada Allah atau tuhan masing-masing, karena itu lah yang paling bisa kembali menenangkan hati kita. Tapi terkadang manusia butuh di dengar langsung, teman-teman survivor bisa berbagi cerita ke komunitas2 broken home. Karena sejatinya kita hanya butuh tempat berkeluh kesah, butuh didengar dan berkumpul bersama survivor lain. Hal ini benar-benar sangat menguatkan kita. karena kita tau, bukan hanya kita yg jadi korban disini. Salah satu komunitas yg saya ikuti itu ada @hamurinspiring dan @behome.id kumpul dan bercerita melakukan hal positif bersama survivor lainnya sungguh sangat mengurangi kesedihan dan  mencegah kita dari hal-hal negatif. Selain join di komunitas broken home, masih banyak hal lain yg bisa kita lakukan untuk menyibukan diri sehingga sejenak melupakan masalah tersebut. contohnya seperti melakukan kegiatan Volunteering. Saya sangat-sangat menganjurkan teman2 untuk menjadi sosial volunteer. Banyak hal yg didapat saat menjadi volunteer, bisa bermanfaat buat orang lain dan mendapat kebahagiaan lain saat menjalaninya. Baca postingan saya sebelumnya tentang volunteer. Ubah kesedihan kita jadi hal-hal positif. Join komunitas/organisasi positif juga bisa mengurangi kesedihan kita. intinya sibukan diri kita dengan hal positif karena ini bukan akhir. Butuh waktu memang untuk bangkit, tak apa cobalah kenali dulu dan coba memaafkan diri kita dulu dan coba katakan kalau ini bukan salah kita, bukan mau kita, tapi ini hadiah dari Allah untuk kita. kita spesial. kita kuat.

Intinya jangan pernah merasa sendiri dan tidak melakukan apapun dirumah karena itu yang akan memancing kesedihan kita dan tenggelam dalam keterpurukan lagi. Bangkit! itulah jawabannya.

Kembali lagi saat sebelum saya bisa menerima takdir ini. Lima tahun lalu, ya itulah titik terendah di hidup saya. Selalu menyalahkan segala takdir yang ada dan memakai topeng bahagia seolah seperti anak pada umumnya dari latar belakang keluarga bahagia. Keluarga bahagia?Ya! Saya berani berkata selama ini bahwa keluarga kami itu memang keluarga bahagia sama seperti keluarga lainnya yang Senantiasa Allah kasih nikmat islam yg selalu diajarkan di keluarga kami sehingga syukur lah yg kami rasakan selama ini. Bahkan tak pernah terbesit sedikit pun menjadi keluarga broken home. Tapi ya siapa yang sangka. Bahkan mungkin orang yang mengenal kami pun tak percaya, tapi "Inilah cara Allah menunjukan kasih sayangnya kepada hambanya." hahaha lucu mendengar kalimat ini, karena kalimat ini baru bisa saya rasakan akhir-akhir ini. Selama lima tahun ini lah diriku berusaha belajar menyikapinya. Ya Belajar untuk ikhlas dan menerima. Bahkan saya sangat bersyukur atas nikmat Allah yang tak pernah berhenti ini. Selama ini Allah sudah banyak memberi kebaikan dan kemudahan, sampai takdir ini pun datang. Baru akhir-akhir ini saya diberikan nikmat untuk ikhlas menerimanya. Selama lima tahun ini pun saya sering mengadu di sepertiga malam "kenapa harus kami" itulah kalimat yg selalu di lontarkan seolah tak pernah ingat nikmat lainnya yg sudah Banyak Allah kasih untuk saya. Astaghfirullah. Yaa berproses memang. Terkadang kita hanya menuntut ke Allah hanya untuk kebahagian di dunia saja, seolah lupa kalau ada kebahagiaan yg harus kita minta untuk kehidupan yg kekal di akhirat kelak. Seolah kita lupa mungkin ujian-ujian inilah buah dari dosa kita selama ini. Sudah sebanyak apa kita mohon ampun ke Allah?malu rasanya selama ini hanya persoalan dunia saja yg dibahas bahkan untuk beristghfar pun luput dari doa yg sering kita panjatkan itu. semua yang dipanjatkan hanya seolah kebahagian dunia saja. tapi itu diri saya yang dulu sebelum bisa memahami diri sendiri.

Tapi sekarang saya mengerti bahwa semua takdir buruk yg mungkin orang lain katakan inilah yg menjadi hadiah terindah untuk saya. Banyak hal positif yg bisa disikapi dari masalah ini. saya seolah diberi kesempatan untuk belajar banyak hal mempersiapkan diri membangun keluarga yang akan saya bangun kelak, Saya semakin paham tentang arti keluarga, diumur 21 ini saya jadi lebih mempelajari tentang komunikasi antar anggota keluarga karena semua masalah rata-rata berasal dari komunikasi yg tidak baik. Belajar ilmu parenting yg mungkin orang tua kita jaman dulu masih minim pengetahuan ttg ini. 

Buat teman-teman jangan tunda untuk mempersiapkannya dari sekarang. karena membangun keluarga itu butuh persiapan ilmu dan mental bukan cuma sekedar learning by doing aja. Selain itu saya bersyukur masih bisa diberi nikmat mempelajari islam lebih dalam, ini nikmat yg luar biasa masih Allah kasih, banyak sekali diluar sana diberikan kebahagiaan dunia semu tanpa persiapan untuk menghadapi kehidupan yg sejatinya di akhirat. bukan merasa paling alim, tapi saya bersyukur masih dikasih kesempatan untuk belajar dan terus memperbaiki diri lagi. Mungkin bagi kita yg belum bisa berkumpul bersama keluarga lengkap seperti keluarga pada umumnya tak apa tak perlu bersedih, berdoa saja. Jika memang belum ditakdirkan di dunia, semoga Allah kumpulkan keluarga kita di surganya Allah. Aamiin.

Pada intinya ubah mindset negatif ttg musibah/takdir buruk yg menimpa kita.  Hadapi setiap musibah/takdir buruk itu dengan hal positif seperti kita mendapat Hadiah terindah. Semua itu pasti baik. Sikapi dengan ikhlas dan coba bersyukur atas nikmat yg sudah Allah berikan selama ini.

Semangat! Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar